*) Oleh : Anton Agapa (TOA)
Permainan Sio (PERSIO) itu satu bentuk permainan perjudian pada level nasional, bahkan internasional yang kini menyebar sudah di daerah-daerah seluruh Indonesia. PERSIO nama lainnya dari permainan TOGEL itu. Orang PAPUA sedang mengikuti PERSIO cukup LELUASA sambil was-was. Habis, tiada larangan, tiada hukuman dari pihak keamanan (Kepolisian) selama ini. Tetapi dalam 2 minggu terakhir ini, pihak keamanan (KEPOLISIAN) sesuai instruksi resmi KAPOLRI sedang melakukan kegiatan pemeriksaan semua POS PERJUDIAN di seluruh kawasan Teluk Cenderawasih – NABIRE. Namun demikian, ada pula dari kalangan peminat PERSIO menyampaikan protes balik agar tidak ditutup. Kami pun merasa terpanggil guna menyampaikan satu duapan dengan berikut ini.
Hal yang menarik dari PERSIO itu adalah timbul nyata sedikit aspek pengorbanan, pula dampak negatifnya. Para peserta PERSIO itu sendiri tak merasakan akibat baliknya.
1. Pengorbanan Biaya
Para peminat yang kuat itu, setiap kali didapatinya uang, tetap disisihkan untuk pembelian nomor. Sudah menjadi suatu kewajiban mutlak. Digunakan angka rupiah besar atau pun kecil nilainya, rugi nyata dipedulikan. Sama halnya dengan membeli 1 batang rokok saja, rasa ruginya tiada. Tetapi coba dibayangkan ini “melempar rupiah di tiap hari, oleh jutaan orang silih berganti selalu tanpa rintangan atau larangan, melewati hanya 1 rell PERSIO, bukan 2 – 3 rell”. Siapa bilang tidak, jelasnya PERSIO sukses mengikis bersih uang kecil-kecilan punya rumah tangga para peminat PERSIO. Apalagi PAPUA tiap tahun itu menerima DANA DESA dari PEMDA, diterimanya 2 x dalam setahun. Selain itu dari sumber lain, yakni pendulangan emas yang adalah penghasilan hariannya masyarakat diseluruh pelosok PAPUA. Disitulah masyarakat luas PAPUA merasakan suatu situasi “MANDI UANG”. Di situlah pula PERSIO hadir membersihkan UANG RAKYAT di seluruh kawasan PAPUA. Masyarakat pun rela menerimanya saja disaat-saat lalu ini, rela uangnya korban saja buat TOGEL!
2. Pengorbanan Kinerja
Bagi yang setiapada PERSIO itu fokus perhatiannya pada pekerjaan harian menjadi lemas. Mengapa ? Karena memang mengerjakan PERSIO itu fokus perhatiannya memusat, tak dapat terbagi. Peserta tentu cenderung menghindari dari suasana ramai. Timbul juga kecenderungan kuat meninggalkan kesibukan harian. Apalagi rasa dikejar oleh jadwal waktu KETAT punya PERSIO. Tambah lagi hati terdesak oleh motif KETAGIHAN dan PENASARAN. Menjadi sarana hiburan ? Itu semua yang membuat pekerjaan harian jadinya terlupakan. Pekerjaannya entah penting atau utama itu tak sempat terbayangkan lagi. Gara-gara focus saja pada PERSIO, orang PAPUA tanpa rasa sadar sedang tergiring masuk pada ARENA hidup BERSANTAI lebih banyak dari pada BERKINERJA lebih banyak. Sementara rakyat sederhana berkata : PERSIO adalah tempat kami mencari UANG MAKAN dengancara “MUDAH juga MURAH” maka janganlah ditutup, janganlah dilarang. Padahal defacto Nampak terbalik, yakni tempat pembuangan uang saja. Bukannya tempat pendapatan uang, karena sialnya lebih menonjol. Keberuntungan atau kemenangannya sangat langka. Lihat saja, aku bermain 50 kali itu, menangnya baru 5 kali saja. Disitulah terjadi pengorbanan kinerjaku berlapis ganda.
3. Pengorbanan Waktu
Siapakah yang menggunakan waktunya lebih banyak untuk kesibukan PERSIO itu ? Tentunya sulit dipastikan. Namun demikian, muncul tak sedikit juga kaum tua yang melepaskan pekerjaan produktif. Mereka lebih berfokus, habis mau kemana ? Dan berbuat apa di hari-harinya ? Begitulah kalau di Papua. Mereka kadang kala mengorbankan waktu-waktu termahal seperti lupa waktunya beristirahat, lupa waktunya makan – minum, lupa waktunya ke GEREJA – hari minggu, dan lainnya. Tanpa dirasa, jadinya lumpuh dari banyak aktivitas positif. Seolah-olah jatuh CINTA penuh pada PERSIO saja. Ditempat anda barangkali hanya 1 – 2 orang saja, tetapi ditempat saya tidak sedikit yang tua-tua lagi, yang pejabat lagi, jangan dianggap hak individual pak! Kena percikan pengaruh busuk Pak!
4. Korban Kesehatan Diri
Terlihat tak sedikit juga peserta PERSIO punya keadaan diri atau kesehatan fisik memperhatikan. Mereka yang setia mengikuti PERSIO di tempat saja adalah berusia 50 – 60 tahun keatas itu. Mereka itu lah kebanyakan para Pegawai Negeri, para Pensiunan Pegawai/ Karyawan, serta para Swasta.
Di dunia PERSIO Nampak bersantai dan berfokus berlama-lama, ternyata hasilnya dapat pula berkropos tubuh (berpenyakitan).
Pada tahapan usia tua “Berdiri dan beraktivitas adalah MUTLAK, lagi mutlak, bukannya duduk berdiam, berfokus dan berlama-lama”. Demikian kata seorang TOMAS dari zaman modern. PERSIO ini nampaknya cocok atau sangat rawan bagi kaum tua-tua. Maka sebaiknya berwaspadalah dan menghindar diri. Lihat saja itu lebih mengikat diri adalah lebih tidak sehat.
5. Korban Nilai Agama
Lampu penerangan agama tetap memancar cerah kearah PERSIO. Dengan daya KELEMBUTAN dan dengan carak hasnya pihak agama tetap menyerukan : ……jangan menghalalkan perjudian dan pencabulan, ……jangan memberi kesaksian palsu” (Kel. 20 : 16).
Kita dengan melancarkan kegiatan PERSIO sudah sekaligus menginjak-injak hukum agama tersebut tak BERMAKNA. Dengan penuh was-was (karena TABU) kita terus menyebarluaskan kegiatan PERSIO sebagai usaha ekonomi. Kegiatan terlarang (TABU), namun dengan TAU dan MAU, dengan SENGAJA dan TERTUTUP terus dikembangkan demi kebutuhan hiburan sekedar, demi kebutuhan material (UANG). Dilaksanakan demikian itu semua bukan rahasia lagi.
Dengan MENTALITAS serta MORALITAS hidup kita demikian itulah yang membuat NILAI AGAMA yang sifatnya BERFUNDAMENTALIS ABADI itu hancur tak bermakna. Tentunya sekaligus HARGA DIRI serta WIBAWA BANGSA kita turut pudar jadi MINIMALIS belaka.
Jangan dianggap remeh ……Pak! Dari satu-dua sorotan ini jelas sudah bahwa KEGIATAN PERSIO (TABU) sudah terbukti sangat tidak sehat, maka segera dimusnahkan. Tak mungkin musnah sendiri, mesti ditangani langsung oleh pihak berwenang, pihak keamanan Negara Republik Indonesia. Kedepan ini wajib dalam kerjasama dengan pihak masyarakat agar tidak berlanjut lagi.
(Penulis adalah pemerhati masalah kemanusiaan)