Home Opini Selamat Hari Kusta Sedunia : Mengenal Kusta, Hapus Stigma dan Diskriminasi

Selamat Hari Kusta Sedunia : Mengenal Kusta, Hapus Stigma dan Diskriminasi

suroso  Jumat, 4 Februari 2022 9:6 WIT
Selamat Hari Kusta Sedunia : Mengenal Kusta, Hapus Stigma dan   Diskriminasi



*) Oleh : dr. Suspina Pasande


Hari kusta sedunia diperingati setiap Minggu terakhir di bulan Januari, dimana tahun ini jatuh pada hari Minggu, 30 Januari 2022. WHO atau Badan Kesehatan Dunia mengangkat tema “United for Dignity” atau Bersatu untuk Martabat. Kampanye ini menyerukan persatuan dalam menghormati martabat orang yang pernah mengalami kusta dengan bersama menghapuskan stigma dan diskriminasi kusta.

Indonesia menempati peringkat ketiga Negara dengan penderita kusta terbanyak setelah India dan Brasil. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes RI per tanggal 24 Januari 2022 mencatat jumlah kasus sebanyak 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus.

Kusta atau Lepra atau Morbus Hansen (MH) adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang biasanya menyerang sistem saraf tepi dan kulit. Namun, dapat juga mengenai mukosa saluran pernapasan bagian atas, mata, testis maupun organ lain kecuali SSP (sistem saraf pusat). Kusta bukan suatu penyakit keturunan , kutuk maupun guna-guna.

Kusta dapat menular tetapi sulit menular. Sebab penularannya melalui kontak erat langsung kulit dengan kulit dalam waktu yang lama dan dapat secara inhalasi melalui droplet (percikan ludah) pada frekuensi yang lama.

Kusta memberikan gejala seperti bercak kulit mati rasa, dapat berupa bercak putih, menebal atau kemerahan tidak gatal dan tidak nyeri. Kulit dapat mejadi tipis dan mengkilat, alis mata dan rambut rontok (madarosis), wajah berbenjol-benjol (facies leonine/wajah singa), hidung masuk ke dalam (saddle nose), kehilangan jari (mutilasi), dan gangguan sistem saraf tepi seperti mata sulit menutup (lagophthalmus), tangan berupa tangan cakar (claw hand), tangan gantung (wrist drop) dan pada kaki berupa kaki gantung (drop foot) dan kaki cakar (claw toes). Tangan gantung (wrist drop) adalah ketidakmampuan untuk mengangkat tangan ke atas dari sendi pergelangan tangan. Sedangkan, Kaki gantung (drop foot) adalah ketidakmampuan mengangkat kaki bagian depan ke atas.

Kusta menjadi stigma negatif di masyarakat sehingga berakibat pada aspek psikososialekonomi. Penderita kusta mengalami diskriminasi terhadap dirinya maupun keluarganya  untuk menikmati kehidupan sosial. Perilaku diskriminasi dapat terjadi dalam hal  kesempatan mencari lapangan pekerjaan, beribadah, menggunakan kendaraan umum, bertetangga, dan lain-lain. Kedaan inilah yang mengakibatkan tekanan psikis dan penderita kusta menjadi frustasi sehingga enggan berobat yang pada akhirnya menghambat upaya penanggulangan kusta.

Penyakit kusta dapat sembuh total. Kunci utama dalam penaggulangan kusta adalah bila menemukan keluhan-keluhan seperti di atas segera periksakan diri ke dokter dan disiplin saat menjalani pengobatan, sebab pengobatan kusta dapat memakan waktu 6-12 bulan. Selain minum obat teratur agar terhindar dari resistensi obat, penderita kusta harus memperhatikan asupan nutrisi yang baik agar mempercepat penyembuhan serta menjaga kebersihan.

Hal penting untuk mendukung program pemerintah mengeliminasi kusta yaitu dukungan dan perhatian keluarga dan masyarakat terhadap penderita kusta. Penderita kusta berhak atas kehidupan bermartabat bebas dari stigma, diskriminasi dan isolasi.

Sumber: https://promkes.kemkes.go.id

Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ketujuh FK UI 2017

Fitzpatrick’s Dermatology edisi ke 9

(Penulis adalah dokter pada BLUD RSUD Nabire) 


suroso  Kamis, 23 Nopember 2023 23:29
Setelah Pemilu 2024 Apakah Akan Banyak Caleg Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa
Dunia oh dunia, mungkin itu yang banyak dibahas oleh banyak Guru dan Ustadz ketika mengisi materi baik pembelajaran dikelas ataupun ketika dimajelis. Dunia memang terkenal sangat hijau, kenapa dibilang sangat hijau? Dikarenakan dunia itu sangat nikmat dan sangat menggiurkan bagi para manusia yang mengejar kenikmatan dunia.
suroso  Kamis, 3 Agustus 2023 0:39
Mafia Tanah Adat di Papua Harus Dilawan
Masyarakat adat telah hidup pada wilayah adatnya masing masing sejak leluhur tanpa saling mengganggu, pada waktu lalu upaya upaya penguasaan kadang berakhir dengan konflik fisik, namun harus diakui juga terjadi juga migrasi dari satu wilayah adat ke wilayah adat lain, karena konflik dalam keluarga atau saat perang hongi.dll.

Hahae

Tatindis Drem Minyak
suroso  Sabtu, 16 April 2022 3:53

Pace satu dia kerja di Pertamina. Satu kali pace dia dapat tindis deengan drem minyak. Dong bawa lari pace ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan dokter, pace pu kaki patah.

Setelah sembuh, pace minta berhenti kerja di Pertamina.

Waktu pace ko jalan-jalan sore di kompleks, pace ketemu kaleng sarden. Dengan emosi pace tendang kaleng itu sambil batariak "Kamu-kamu ini yang nanti besar jadi drem." 

Iklan dan berlangganan edisi cetak
Hotline : 0853 2222 9596
Email : papuaposnabire@gmail.com

Berlangganan
KELUHAN WARGA TERHADAP PELAYANAN UMUM
Identitas Diri Warga dan Keluhan Warga

Isi Keluhan