NABIRE – Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Kabupaten Dogiyai, Yudas Tebay setuju adanya sekolah kecil di kampung-kampung terisolir untuk membebaskan anak-anak dari buta 3 M )membaca, menulis dan menghitung). Kepala Distrik Sukikai Selatan (Suksel), Kristianus Tagi dan pengawas Sekolah Dasar, Sebastianus Pugiye berniat membangun pendidikan Sekolah Dasar dengan pola Sekolah Kecil.
Yudas Tebay menilai, pola pendidikan melalui sekolah kecil dengan dibukanya Sekolah Dasar di kampung-kampung terisolir, kelas hanya sampai kelas III. Hal ini agar, anak-anak sekolah di kampung terpencil mendapat pelajaran dan belajar untuk menulis, membaca dan menghitung sejak kecil sehingga ketika memasuki kelas IV SD ke atas, anak-anak sudah lancar menulis, membaca dan menghitung.
Tebay menambahkan, dengan pola seperti ini, untuk kelanjutan pendidikan anak-anak dari kampung-kampung terisolir, sekolah kecil cukup mengirim nama dan mendaftar ke sekolah induk terdekat. Karena dengan pola sekolah kecil, sekolah induk, sekolah berkelas VI tidak cukup beberapa di distrik yang terpencil.
Kepala Distrik Sukikai Selatan, Kristianus Tagi beberapa waktu lalu mengungkap bersama pengawas sekolan, Sebastianus Pugiya berencana untuk menjadi SD Inpres Unito sebagai sekolah induk. Sedangkan beberapa SD yang ada di kampung, sebagai sekolah kecil. Karena, selama ini kekurangan tenaga guru sehingga anak-anak tidak menerima pelajaran dengan baik. Bahkan sebagian anak usia sekolah masih dililit dengan buta 3 M.
Kristianus Tagi menjelaskan, untuk menarik tenaga guru dan sukarelawan untuk mengajar di SD se Distrik Sukikai Selatan, sudah menjalin kerjasama dengan kepala kampung agar memperhatikan kesejahteraan guru honorer yang akan bertugas di SD masing-masing kampung melalui dana kampung yang akan diterima kepala kampung.
Pengawas Sekolah Dasar Distrik Sukikai Selatan, Sebastianus Pugiye di Nabire, Minggu (5/2) menjelaskan, di Sukikai Selatan, sudah ada 4 sekolah. Dari jumlah tersebut, hanya SD Inpres Unito yang sudah berkelas VI dan sejak 2009 hingga tahun ajaran lalu telah mengikutkan ujian akhir. Sedangkan anak didik dari 3 SD lain, tidak tahu mereka titip anak-anaknya ke mana.
Mantan Kepala SD Inpres Unito ini mengungkap, selain Unito, masih ada SD kecil di Kampung Saikonai. Kampung Iyago, dan SD Inpres Bidau.
Akibat ketidakjelasan proses belajar mengajar di SD lain tersebut, Kepala Distrik Tagi dan Pengawas SD, Pugiye berencana menjadi 3 SD lainnya sebagai SD kecil.
Kepala Dinas Pendidikan, Yudas Tebay SD, Jumat pekan lalu di Nabire mengatakan SD kecil sebagai tempat belajar pendidikan dasar terutama, menulis, membaca dan menghitung. Apabila anak didik dari SD kecil sudah masuk usia kelas IV, siswanya masuk di SD Induk, di Sukikai Selatan, masuk di SD Inpres Unito sebagai sekolah induk.
Tebay menambahkan, Kepala SD di SD Kecil tidak ragu dengan daa Biaya Operasional Sekolah (BOS). Karena ada dana BOS bagi anak didik kelas I – III di sekolah kecil. Dana BOS diberikan juga untuk sekolah kecil.
Yudas Tebay mengingatkan sekolah kecil untuk belajar menulis, membaca dan menghitung sehingga setiap anggota masyarakat dapat menulis, membaca dan menghitung. Hal ini juga untuk mengatasi kesan miring selama ini, masih ada anak-anak sekolah yang belum mampu menulis, membaca dengan benar. (ans)