DOGIYAI - Kapolres Dogiyai Kompol Sarraju, SH, menuturkan, kejadian di Kabupaten Dogiyai yang hampir sama ini memang sudah terjadi beberapa kali dan lebih banyak diawali dari jalan raya. Hal ini disampaikan Kapolres Dogiyai pada pertemuan dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Muhadjir Effendy, di kediaman Bupati Dogiyai, beberapa waktu lalu.
“Memang kondisi Kabupaten Dogiyai ini kabupaten yang menghubungkan antara Kabupaten Nabire, Deiyai dan Paniai. Sehingga pergerakan kendaraan baik roda dua dan roda empat maupun roda enam, baik itu untuk kepentingan pribadi, kepentingan pemerintahan atau usaha, memang akan melintasi Kabupaten Dogiyai,” ujarnya.
Kata dia, ruas jalan dari titik pusat ke kabupaten penghubung cukup panjang dan masih terjadi perilaku-perilaku pemalakan bahkan kemudian diikuti dengan kekerasan karena pemalakan juga terkadang menggunakan senjata tajam.
“Kita sudah beberapa kali melakukan upaya-upaya kepolisian dengan kemudian berpatroili. Jika ada laporan, kita respon. Tapi memang jika jarak tempuh dari titik Polres Dogiyai dengan titik-titik rawan seperti di Idakebo maupun Ugapuga lumayan memakan waktu. Sehingga pada saat kami sampai, para pelaku sudah tidak ada,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikan, kekuatan yang bisa dioperasionalkan paling banyak 70 orang. Dengan kondisi ini, pihaknya terus membangun komunikasi dengan unsur-unsur terkait dalam kegiatan antisipasi.
“Patroli kami lakukan dengan TNI secara berkala, dan beberapa kali kami juga libatkan Satpol PP. Harapannya unsur-unsur sipil bisa berinteraksi dan kami memang mengarahkan lebih banyak melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih lunak,” tuturnya.
Kata dia, menjadi tugasnya untuk mengedukasi karena masih sering terjadi antara yang dilihat dan didengar tidak sama dengan yang tersampaikan secara lisan maupun lewat media sosial. Hal ini yang meudian memberikan pengaruh dengan kondisi masyarakat mudah tersulut.
“Kami diperhadapkan pada pilihan pada saat kita melakukan tindakan tegas dan ada juga ekses kemungkinan memunculnya efek adanya korban. Dan begitu ini terjadi, bisa juga masyarakat yang tidak paham peristiwa sebenarnya kemudian berfikir lain dan bisa berkesimpulan lain dan kemudian bisa melakukan hal-hal yang dipengaruhi oleh satu informasi yeng belum diketahui jelas,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan, jika memang kita merasa bahwa masih banyak warga kita yang belum berfikir untuk berbuat baik, ini menjadi tanggung jawab bersama. Pendekatan-pendekatan ini bisa memberikan perubahan lebih baik.
“Karena kalau saja kita terus dibenturkan selalu saja ada permasalan-permasalahan ikutan yang bisa memberikan dampak buruk dan mungkin dampak global khususnya terhadp kabupaten ini,” ujarnya. (ros)