Sepertinya tidak hanya menjadi tantangan berat bagi para guru ketika belajar dari rumah diberlakukan.
Namun proses belajar dari rumah juga akan menjadi tantangan berat bahkan berat sekali bagi para orang tua (Ortu).
Karena Ortu (didominasi kaum ibu) harus bisa menjadi “guru semua mata pelajaran” untuk mendampingi anaknya belajar di rumah.
Jika hal ini benar-benar terjadi, betapa beratnya menjadi ibu rumah tangga di saat masa pandemic Covid-19 yang mengharuskan anak-anak sekolah belajar di rumah.
Kondisi seperti ini bisa saja mendesak para Ortu untuk berharap sekolah bisa kembali dibuka.
Karena belajar di rumah dengan daring, tentu ada banyak konsekuensinya.
Tidak semua Ortu memahami dengan cara belajar daring.
Juga tidak semua Ortu punya uang lebih untuk membeli paket data agar anak bisa belajar dari rumah.
Apakah dengan belajar daring akan membuat anak-anak bisa memahami materi pelajaran ? Sejumlah Ortu meminta para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan kembali soal keputusan yang sudah diambil.
Jika sekolah masih terus ditutup, bagaimana nasib anak-anak sekolah nantinya ? Disisi lain, tempat-tempat berkerumunnya banyak orang seperti pasar terlihat sudah bebas beraktifitas, tempat-tempat wisata juga sudah buka.
Namun kenapa sekolah masih ditutup dengan alasan ditakutkan menjadi tempat penularan Covid-19.
Bukankah itu juga bisa terjadi di lingkungan pasar yang selalu ramai aktivitas warga, yang banyak juga tidak mengindahkan protocol kesehatan penanggulangan Covid-19 ? ***